an Ode to a Dream

 10 oktober 2022

hari ini aku mulai mengambil cuti 5 hari pulang ke bangko, kota kelahiranku. menjelang hari ulang tahunku, aku ingin menghabiskan waktu dengan orang tua dan keluargaku saja.

aku ingin lebih banyak merenung dan mengevaluasi, kenapa keterlambatan ini bersamaku.

jauh dari lubuk hati ku, aku ingin sekolah. tapi lebih jauh lagi aku ingin menikah.

beberapa jam lagi, usiaku menginjak 26 tahun, untuk itu pasti ada kekhawatiran mengenai entah jadi apa atau mau apa aku di kemudian hari. 

hari ini, mama mengajakku berbincang.

mama sudah setuju jika tahun depan aku mulai fokus untuk sekolah lagi dan mengambil ujian PPDS. mama juga setuju akan membantu pembiayaan sekolah ku tahun depan. untuk itu harusnya aku senang. mama bilang, jodoh bukanlah sesuatu yang bisa kau paksakan untuk dapat dalam waktu yang singkat, atau bukan sesuatu yang bisa kau paksa untuk hadir jika belum waktunya. jodoh bukan sesuatu yang bisa dipaksakan ada. jangan sampai menyesal di kemudian hari dengan jodoh yang salah.

jika memang jalannya untuk sekolah lagi maka mama akan meridoi nya dan berusaha memenuhi keinginanku.

mama bilang, tidak usah risau dan tetaplah berada di jalanku saat ini. tetaplah berdoa dan tetaplah yakin bahwa suatu hari nanti yang aku impi impikan akan terlaksana. karena kita sudah pernah seperti ini.

teringat suatu masa di masa lalu, ketika orang-orang tidak mempercayai keinginanku untuk sekolah kedokteran, dan mencela kemampuan orang tuaku untuk membiayai sekolahku. akhirnya terlampaui juga. akhirnya selesai juga.

mungkin memang hal yang tidak mungkin bagi orang lain bahwa orang dengan kemampuan dibawah rata-rata seperti keluarga ku mampu untuk membiayai anaknya sekolah dokter yang terkenal karena kemahalannya. apalagi ada adik-adik yang kecil dibawahku. tapi akhirnya dengan susah payah, selesai juga.

apalagi kalau bukan berkat Rahmat dan Karunia dari Allah SWT, tuhan maha ESA pemilik segala alam, dan berkat doa serta kerja keras dari kedua orang tua ku dan pengorbanan dari adik adikku yang rela hidup serba pas pasan saat kakaknya sekolah.

maka bukan salah ku, dan memang seharusnya jika saat ini aku memfokuskan diri untuk mendekat pada Tuhan YME, dan kepada keluarga ku lah seharusnya kualirkan perhatian dan kasih sayang utamanya. bahwa sudah benar jalan Tuhan memisahkan aku dari laki-laki yang tidak dapat menghargai betapa pentingnya andil mereka ini dalam kehidupanku. 

Jadi sebenarnya, apa lagi yang aku tidak syukuri?

jodoh, hidup dan mati memang bukan hal yang dapat aku sendiri prediksi kan, karna itu murni semuanya adalah urusan dari Tuhan YME, tuhan yang aku sembah. hanya satu satunya dan tidak ada yang lain. 

yang aku bisa lakukan saat ini adalah bekerja keras, dan menahan diri serta sabar. sebab dibalik hal itu aku yakin, jalan Tuhan sudah terbentang untukku. 

sebagaimana janji-Nya didalam Al-quran, yang entah kenapa beberapa hari ini aku begitu murung karena persoalan dunia bahkan ingin mati saja. betapa Tidak bersyukurnya !!

bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri, dan bahwa segala sesuatu yang hilang akan diganti dengan yang jauh lebih baik, dan bahwa bersabar dan dengan sholat lah kita akan diberi pertolongan.

betapa kurang bersyukurnya aku ini!

harusnya aku setiap hari menulis, agar aku tahu diri. Astaghfirullahalazim

Komentar