Masih

Tentang Dia

Kau adalah udara segar yang kuhirup
setelah hujan deras dan badai
diantara himpitan dunia
setelah
eros marah kepadaku sebab,
dosaku dahulu
telah menyia nyiakan panah nya
yang bukan menusuk pada hati
ternyata jatuh menembus jantung


Jika saja, waktu menjadikan aku sedikit lebih cepat, bertemu denganmu. hari ini hujan lagi, seperti hujan yang datang dan alirannya yang menjadikan sungai. perlahan-lahan, setetes demi setetes, berkumpul dan bersama, menjadi arus yang kencang, yang tidak bisa ditahan. Yang alirannya konon memabukkan, menenggelamkan. 
matanya--
Jika saja, aku adalah orang yang datang pertama kali. Menemuimu pertama kali, dan kamu adalah orang terakhir yang datang, di hidupku. Dan tidak ada lagi "antara" pada namamu dan namaku. dan aku bahkan tidak dapat membawa diriku keluar dari jerat, yang menahanku lebih dalam. untuk tinggal dan tertahan.
bibir itu--
Jika saja, kau adalah orang yang bersama mu kuhabiskan waktu bertahun tahun lamanya, dalam suka ataupun duka. dan kelak namamu akan kusandingkan bersama foto ku, dan foto kita di ruang keluarga yang aku dan kau rancang sebagai ruang terbaik tempat bermain buah hati, rasa cinta aku dan kau, yang seolah olah kita khayalkan.
Jalan fikiranmu--

Tidak ada yang lebih bodoh dari seseorang wanita yang sedang jatuh cinta, bahkan membedakan apakah itu kebohongan atau tidak pun tidak bisa. dan kau, nama baru yang tak juga baru. mengusik air tenang didalam danau hatiku yang dingin, yang selama ini tidak ada satupun yang datang setelah yang terakhir menjadikannya hancur lebur. dan pintu pintu yang tertutup kembali terbuka, untuk seseorang yang kukira takkan mampu.
dan bagaimana bisa suaranya yang bahkan tak terlalu terdengar, bergema di dalam kepalaku seakan akan pemilikku yang baru, yang aku begitu tunduk dan tanduk. dan suara yang digemakannya memporak porandakan hatiku, menjadikannya tanpa logika. 

Tidak ada yang lebih bodoh dari seorang wanita yang patah hati, bahkan untuk menerima kenyataan saja dia tidak bisa. dan apakah yang paling dibenci daripada wanita yang membersamai, kekasih orang lain?

Harusnya, aku menggenggam diriku sendiri, membungkusnya rapat rapat dan mengunci semua pintu. tapi aku tenggelam di dalam matanya, terpenjara didalam bibirnya, tersesat didalam suaranya. yang selama ini aku hindari. dan apakah yang lebih hina daripada ke egoisan yang menyelubungi diri ini, untuk menjadi satu-satunya dari dia yang tidak lagi satu. apa yang lebih kotor daripada berharap melihat masa depan dari dia yang melukiskan orang lain rencana rencana. 
dan fikiran begitu keruh terkuras.

kalimat kalimat yang dulu begitu kubenci, sekarang menjadi milikku. 


Komentar