a letter on birthday party



Cinta adalah kenangan, pada akhirnya cinta juga harus menghilang dan dibiarkan pergi dari tempatnya berdiam. Tanggal ini tahun kemaren mungkin adalah saat dimana aku terbangun di tengah malam, dengan hati berbunga, berharap jadi orang pertama yang mengucapkan ‘selamat ulang tahun’ untukmu.

Tapi tanggal ini tahun sekarang, semua tidak pernah sama

Aku memang terjaga, sedari tadi aku tidak bisa tidur. Bukan, bukan karna aku menanti hari berganti untuk sekadar menghubungimu dan mengucapkan selamat atas bertambahnya umurmu, aku terjaga karna memang  aku harus terjaga, ada sesuatu yang harus aku lakukan.

Waktu berlalu begitu cepat. Seakan tidak ingin bertahan pada sisa hatiku yang kau buang, masih jelas di ingatanku bagaimana kau menghancurkannya. Setiap keping dari cinta yang kubangun untukmu. 

Aku masih ingat hari dimana semua yang kulakukan ternyata sia-sia, bahwa ketika itu kau mengatakan tidak ada cinta yang tersisa untukku, bahkan sedikitpun tiadalah rasamu untukku. 
 
Itu adalah hari yang terpedih bagiku, rusak sudah harga diriku sebagai seorang perempuan karnanya, menangis untuk sesuatu yang disebut cinta, mengoyak fikiranku beberapa bulan yang lalu dimana aku memohon hadirmu kembali dan semua yang bisa kau katakan adalah “aku mencintai yang lain”
Sungguh kau tidak bisa menimbang rasa

Seakan bumi bergetar, tiada hari yang lebih baik untukku setelah hari itu, kau bahkan tidak mau tau bagaimana aku melewatinya. Kau tidak tau bagaimana perasaan itu bercampur dalam detak jantungku, mengalir deras dalam rintihan nadiku, perasaan yang aku bahkan tidak mengerti apa itu sebenarnya, kebencian, kesedihan, ketakutan, kesepian ataukah perasaan kehilangan seseorang yang dulunya sangat berharga. Wahai bulan, kau tidak tau betapa berharganya kau bagiku saat itu.

Aku mencintaimu setulus hatiku, salahkah aku yang berharap suatu saat nanti kau bisa kumiliki seutuhnya? 

Tapi kau membalasku dengan begitu tajamnya, sayang

Kau terlalu jujur 

Kau merobek kepercayaanku atas cinta, kau membakar hasratku untuk dicintai sampai habis tak bersisa. Lalu kau menghilang dan pergi. 

Beberapa bulan berlalu, kudengar kau dekat dengan dia, dia yang kau pilih daripada aku. Lalu apakah yang kamu dapatkan dari cinta yang kau banggakan itu? Aku tidak tau kalau bahagiamu seperti itu, jikalau tau, tentulah kubiarkan kau mengejarnya sedari awal.

Lalu waktu berlalu, kau bahkan tidak mengingat ulang tahunku, kau melewatkannya. Kau tidak tau betapa pentingnya ulang tahun ke 17 itu bagiku, setidaknya kau datang untuk mengucapkan selamat. Hanya ketika aku mengutik dengan sedikit sindiran lantas kau mengucapkannya, setelah hari lahirku berlalu. Kau bahkan melupakannya.

Apa yang kau ingat? Hanya cinta mu kah? Hanya orang itukah? 

Kau bilang kau akan meninggalkan aku sendiri, kau bilang kau tidak akan pernah datang lagi, lantas kenapa kau mengajakku bicara kembali lewat messenger media sosial itu? Dimana janjimu soal melupakan? Kenapa jadi begitu naif?

Berada atau bicara denganmu tak pernah membuat otakku dingin, aku setengah mati berusaha menjaga agar emosiku tidak meluap, agar kiranya aku bisa menjadi seorang anak yang baik. Tapi kau membuatku bingung dengan ucapanmu yang diputar-putar.

Kau itu orang yang paling menyebalkan yang pernah aku kenal

Aku tidak bisa lagi melihatmu, mendengarmu, atau mengetahui keadaanmu, itulah alasan kenapa aku tidak ingin kita saling mengetahui. Aku benar lelah denganmu, dan aku membenci setiap apapun yang kau lakukan dan rasakan. Aku hanya ingin melupakannya, tapi otak ini tidak pernah berhenti berfikir tentang bagaimana caranya balas dendam jika kau ada. Aku secara tidak langsung menanti saat dimana kau benar-benar jatuh.

Aku tidak ingin memeliharanya, tidak ingin merasakan benci yang sebegitu dalamnya. Dan aku hanya ingin melewatkannya.

Aku tidak ingin mendengar cerita tentangmu, atau tentangnya atau tentang apapun yang berkaitan denganmu lagi.

Jadi pergilah. Sejauh mungkin. aku tidak bisa jadi seorang peri jika berada dekat denganmu terus.

Komentar