Teng teng teng teng teng teng teng (muncul dari balik semak
belukar ala.alanya jiraya kesambar petir 2000 watt dengan tangan kanan menjulur
kedepan bak riyan D’masiv)
Hay semuanya,, saraaaa dataaaang kembaliii !!!! (latar
belakang pegunungan dengan ilalang tinggi yang bergoyang sundulgan gegara
tertiup angin)
Well, melihat blog yang begitu-begitu saja, dengan pengunjung
yang segitu-segitu saja, dan komen dari orang yang itu-itu saja, saya yakin dan
percaya bahwa saya sebagai pemilik SAH blog ini yang memperjuangkannya dari
penjajahan tangan-tangan usil akan memproklamasikan sebuah gebrakan baru menuju
cita-cita yang selama ini di impikan,
KEMERDEKAAN PESEKNIMOUS DARI SEPI PENGUNJUNG !!
Well, Ini adalah cerita bagaimana aku bisa
menjadi seperti ini, bagaimana aku bisa sejauh ini dengan tekad yang aku punya,
ini bukan cerita konyol yang aku buat penuh kebodohan lagi, cerita ini serius.
ini sebuah cerita tentang mimpi dan cinta yang menguatkanku
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Sebentar
lagi aku bakalan kuliah, aku tau ini akan jadi bagian baru dari kehidupan yang
aku jalani sekarang. semua pasti akan terasa berbeda dengan lingkungan yang
baru ini, dengan teman yang baru, dengan cara yang berbeda. Hitungan hari lagi
aku juga akan meninggalkan kota kecil dimana aku dilahirkan, kota yang bernama ‘bangko’
tampa embel-embel huruf ‘k’ dibelakangnya, kota dengan sejuta kenangan bersama
orang-orang yang pernah dan sedang mengisi ruang yang ada dihatiku
Untuk beberapa saat, semua terasa
begitu sendu
Mungkin
untuk waktu yang cukup lama setelah aku pergi nanti, aku akan meninggalkan
semua kenangan itu disini sendiri saja, ketiga adik laki-laki ku juga nantinya
akan tumbuh semakin besar dan semakin kuat lagi, anjas adik tertuaku bahkan
tingginya kini hampir menyamai tinggi tubuhku, lalu riki akan disunat tampa kehadiranku,
juga bagas si bungsu dengan kemampuannya akan semakin melampauiku suatu saat
nanti. Kedua orang tuaku. Mama yang selalu bijaksana dan penyayang serta bapak
yang baik hati dan gampang dibodohi.. hehe.. bapak memang kadang terlalu baik
sampai sering dihianati saudaranya sendiri, tapi kebaikannya itu terpancar dari
balik cahaya matanya yang pengasih
Sesuatu yang pastinya akan sangat aku
rindukan setiap harinya nanti
Teman-teman
terbaikku, riri, nova, ayu dan yang lainnya juga akan pergi melanjutkan kuliah
di universitas masing-masing, nova akan berada sangat jauh sekali di Palembang sana,
lalu dia akan melanjutkan studi arsitekturnya begitu juga dengan aku, ayu dan
riri yang meskipun berada dalam satu tempat yang relative dekat, namun pasti
akan sangat sulit bertemu dengan rutinitas kami selanjutnya. Perlahan tapi
pasti, keadaan memisahkan persahabatan yang dibangun itu. Namun hanya berbeda
tempat, kuharap tidak akan benar-benar terpisah
Semua telah berjanji dalam hati
masing-masing
“we’re not broken, we just separated for a while…”
Untuk mimpi
Untuk impian yang digantungkan
Itulah kenapa sekarang kita akan
menjalani jalan masing-masing terlebih dahulu
“Bermimpilah
maka Allah akan memeluk mimpi-mimpimu” itu adalah kalimat yang kupercayai,
kalimat yang secara tidak langsung membakar semangat dalam diriku untuk bangkit
dari segala keterpurukan yang kualami sekarang. aku tidak bisa bertahan dengan
keadaan ini selamanya.. bukan aku… tapi kami tidak bisa
Aku
nantinya akan berkuliah di salah satu universitas favorit di jambi, universitas
negeri jambi. Berkat doa dan semangat yang tulus dari mama, Allah memberikan
jalan bagiku untuk semakin dekat dengan impian
terbesarku. Menjadi Dokter
Yah, aku lulus seleksi nasional masuk
perguruan tinggi negeri (snmptn) yang kala itu menjadi salah satu jalan pertama
untuk masuk PTN di Indonesia. Hal yang dilakukan sebenarnya cukup mudah,
pertama sekolah akan mendaftarkan nilaimu, lalu kau akan diberi kesempatan
memilih PTN yang kamu mau, dan alhamdulilah sekarang aku lulus sebagai salah
satu mahasiswa fakultas kedokteran seperti yang aku impikan.
Tapi tunggu, cerita ini belum
berakhir dengan ending bahagia
Bagi
keluarga kami, yang hidup dari segala keterbatasan yang ada, ‘jadi Dokter’
adalah cita-cita yang ‘Mahal’, yah mama dan bapak cukup terkejut ketika
mengetahui aku pulang dengan print out hasil snmptn itu di tanganku, mereka
mungkin berfikir bagaimana caranya menyekolahkan aku disana, sementara masih
ada 3 adik dibawahku yang semuanya bersekolah, tidak… mungkin lebih dari itu,
mereka mungkin berfikir bagaimana membayar uang pangkal yang konon mencapai puluhan
juta tersebut.
Jadi hari dimana aku menerima berita
itu adalah hari terbaik dalam hidupku, juga jadi salah satu hari terburuk yang
pernah aku rasakan….
Aku duduk di sudut ruang tamu sambil
menangis seperti biasanya, menangis adalah hal terakhir yang aku lakukan saat
tidak tau harus bagaimana lagi, aku selalu begitu, selalu cengeng seperti
biasanya
Bapak dan mama duduk di hadapanku, di
lantai semen beralaskan karpet plastic kami, ekspresi di wajah mereka
menandakan kebingungan yang sangat dalam, kertas itu tergeletak di antara kami,
menghadap ke kedua orang tuaku, bapak membacanya berulang-ulang dan mama
sesekali menghela navas.
Mereka tau aku menginginkan ini, tapi
apa yang bisa mereka lakukan, mama hanya berjualan di kantin sekolah menengah
pertama ini, dan bapak hanyalah penjaga sekolah dan diwaktu kosong juga
berjualan di kantin sekolah, oya, sejak bapak diangkat menjadi penjaga sekolah
ini, kami sekeluarga akhirnya pindah dan menetap di lingkungan salah satu smp
negeri di kabupaten Merangin ini.
Kedua orang tuaku tidak pernah
menghalangi jalanku, tidak pernah berkata tidak untuk impianku, tidak membatasi
ruang mimpi ku mungkin karna itu juga sekarang aku jadi pemimpi seperti ini,
memimpikan sesuatu yang cukup berat untuk keluarga kami.
Mereka akan mengusahakan apapun untuk
mimpiku, untuk keinginanku. Mungkin karena itu juga aku jadi keras kepala
seperti sekarang.
Aku tau pasti berat bagi mereka untuk
memutuskan, dan mereka pun tau jika aku sudah keras terhadap suatu hal, maka
akan sangat sulit menghentikan ku. Jadi ini pilihan yang sangat sulit bagi
mereka.
“coba kamu hubungi kakak seniormu
yang disana, Tanya pasti-pasti soal uang pangkal itu..”
Mama angkat bicara, memecahkan
keheningan yang ada karna kala itu ketiga adikku tengah pergi mengaji.
Berbekal
sebuah nomor, aku menghubungi salah seorang kakak seniorku sewaktu SMA yang
bernama sera. Dia setahun diatasku dan sebentar lagi dia akan menempuh semester
tiga.
“halo assalamualaikum..” jawab
seseorang di sberang sana
“i..iiya” aku berdehem untuk
memperbaiki suaraku “waalaikumsalam, ini kak sera bukan? Ini sara kak…”
“oh sara !! ado apo deek??” Tanya nya
dengan aksen jambi yang kental
“iya kak, sara kan keterima masuk
UNJA fakultas kedokteran…”
“aah.. kedokteran yoh dek?? Selamat yoo..
“ suara senang kak sera mengalun di dalam handphone nokia sederhana ku
“hmm. Iy kak..” aku tidak yakin harus
membalasnya dengan apa saat melihat kedua orang tuaku mendengarkan dengan
sangat seksama.
“kak, soal uang pangkal itu,..” aku
menanyakannya ragu-ragu “kakak bayar berapa kemaren?”
“aah soal itu..” sahut kak sera “kalau
rombongan kakak kemaren 75 jutaan dek, ..”
“tujuh.. tujuh puluh lima juta ya
kak??..” habis sudah impianku
“tapi katanya tahun ini ada
perombakan dek, katanya kalian dak bayar uang pangkal lagi, tapi persemesterny
jadi agak tinggi, sekitar 12 juta an dek..”
Seketika kulihat bola mata mama
berbinar, dan bapak memundurkan badannya. Aku merasa seperti ada cahaya yang
menyinari rumah ini malam itu
“oh begitu yah kak.. hmm.. makasih
informasinya yah kak..”
“iya dek sama-sama…”
Telfon berakhir dan sambungan
terputus, aku tinggal menunggu jawaban dari kedua orang tuaku.
Aku
tau sebenarnya akan sangat egois bagiku memaksakan kehendak padahal kedua orang
tuaku masih punya 3 tanggungan lagi, mungkin sebaiknya aku ikuti saja lagi
sbmptn dan memilih untuk menjadi seorang guru biasa dan mengubur impianku
ketimbang harus menyusahkan kedua orang tua. Tapi aku saat itu terlalu keras
dari sebongkah batu di atas gunung meski aku tak mengatakan “aku harus” kepada
mereka
“kalau memang tidak ada uang pangkal,
mama samo bapak masih bisa nak sekolahkan kamu disana” mama membuka mulut
“betul tu,, kalau memang pembayarannyo
jadi persemester.. sara kuliah di kedokteran tu…” lanjut bapak.
Aku senang sekaligus khawatir,
bagaimana dengan adik-adikku nanti. Apakah benar mereka bisa menyanggupinya
sekaligus? Apakah tidak aka nada apa-apanya nanti??
“terus adek-adek gimano ma..??”
tanyaku pelan
“dak apo.. mama usahakan, kalau
memang dak ado uang pangkal, sara tetap sekolah disana, mama Cuma takut soal
uang pangkal yang besar itu nak, ndak mungkin rumah kita bisa terjual cepat… “
Aku menunduk mendengarkan mama
bicara, sesekali menyeka air mata dengan lengan baju
“mama hanya takut soal uang pangkal,
karna mama dengan bapak jujur tidak punya tabungan sebanyak itu nak, mungkin
memang agak berat kalau spp nya 12 juta,
tapi ketimbang membayar semuanya di awal, ini lebih baik karena mama dengan
bapak bisa sedikit bernafas dalam waktu yang 6 bulan itu nak…”
“jangan nangis, mama tau itu impian
sara.. jadi jangan nangis lagi, kita akan usahakan bagaimanapun caranya, sara
hanya cukup focus dan belajar dengan baik, biar mama dengan bapak usaha di sini…
kita buktikan kalau kita juga bisa, yang penting kamu serius ya nak…”
Suara mama yang pelan namun penuh
arti telah menggetarkan seluruh tubuhku, menggoncangkan darahku seakan itu
kalimat terkuat yang pernah aku dengar, cintanya membelenggu kegelapan hatiku
dan meruntuhkannya, mengisi kesedihanku dengan perasaan tenang, sesuatu yang
tidak pernah dan tidak akan pernah tergantikan oleh apapun.
Cintanya
Kasihnya
Saat itu aku tau bahwa mama tidak
main-main dengan ucapannya. Aku tau bahwa jalanku telah terbuka, jalan menuju
impian itu, aku tau bebanku akan berkurang selama aku punya wanita ini, wanita
terhebat ini.
Mungkin mereka berkata bahwa ayah
adalah kepala rumah tangga, orang yang mengambil keputusan dalam kehidupan
keluarga kami, tapi berbeda denganku, di keluarga ini. sesuai namanya, mamaku
adalah kholifah (pemimpin) yang mempunyai pemikiran dan keputusan termutlak
meski hanya berbicara sedikit
Aku memeluk mamaku dengan erat,
memeluk tubuh mungil itu dengan dekapan kuat dan menangis di dalamnya, mama
mengelus rambutku lembut dan bapak mulai mengoceh tentang betapa bangganya dia
saat ini, betapa dia akan berusaha menyekolahkanku dan menabung untukku
meskipun dengan rokok yang sehari bisa habis satu bungkus itu aku tak yakin dia
bisa mengendalikan uang tampa mama. Tapi bapak adalah laki-laki terjujur yang
aku miliki
Yah, kini aku dapat melihat mimpiku
dengan jelas, mimpi yang sebelumnya belum kutemukan, mimpi yang akan
menguatkanku, yang aku perlahan namun pasti berlari menujunya. Mimpiku.. roda
yang menggerakkan hatiku.. tujuan hidupku.. meskipun aku tau pasti tidak akan
mudah mencapainya dengan keadaan yang seperti ini. tapi aku punya sesuatu yang
mendorongku dari belakang..
“CINTA”
Mama dan bapak adalah cintaku
Ah ralat…
mama, mama, mama, bapak dan
sahabat-sahabatku adalah cinta yang menerangi jiwaku, orang-orang yang mengisi
ruang kosong yang menganga lebar di dalam dadaku, yang mengisi kehampaanku
mama dan bapak adalah sosok yang
menyayangiku setulusnya tampa pamrih dan selalu berusaha melakukan hal terbaik
yang mereka bisa demi anak-anaknya. Hadiah terbaik yang kumiliki dari Allah
SWT.
“berkatilah mereka, panjangkanlah
umur mereka, ampunkanlah doa mereka, berikanlah mereka kemudahan rezeki dan
sayangilah mereka”
Itu adalah doa yang wajib dan selalu
aku sebutkan dalam setiap sujut di siang dan malam ku pada-Nya.. saat ini
hanyalah itu yang aku bisa, hanya memohon dan bersungguh-sungguh yang aku dapat
lakukan, aku berharap impianku ini tidak sia-sia, aku berharap pengorbanan
mereka tidak hanya akan menjadi lilin, yang cahayanya redup ketika lilin telah
habis
Tapi aku berharap apa yang mereka
lakukan akan selalu menjadi matahariku, menjadi cahaya yang tak pernah padam
dalam hatiku. Membimbingku menuju mimpi yang aku impikan di dalam rahmat-Mu
Sekarang dan selamanya
Amin
Komentar